Mulia Dengan Memberi

Mulia Dengan Memberi

Judul diatas merupakan judul sebuah artikel yang ditulis oleh Ferry Kisihandi di Koran Dialog Jum’at harian Republika. Tulisan tersebut menekankan mulia dan pentingnya memberi. Dikatakan bahwa hidup itu tak selamanya lapang. Terkadang seseorang kurang beruntung dan menjalani hidup yang tak berkecukupan. Kalau kita perhatikan sekeliling dan sekitar kita atau kalau kita perhatikan sepanjang perjalanan, kita pasti menemukan orang-orang yang masih kurang beruntung bahkan di pinggir-pinggir jalan ada beberapa orang yang sengaja atau tidak menadahkan tangannya untuk meminta. Padahal tangan diatas itu lebih mulia daripada tangan dibawah.

Maka itu, Ferrry Kisihandi dalam tulisannya menyarankan kepada orang islam, meski dalam kondisi perekonomian yang berat, tetap bersikukuh mempertahankan identitasnya sebagai sosok pemberi. Ringan tangan membantu orang orang yang membutuhkan. Apabila hal ini dijalankan maka tidak ada orang yang tangannya selalu dibawah.

Mulia dengan memberi.

Ada orang yang hidupnya kurang beruntung, adapula seseorang yang hidupnya berkecukupan dan bergelimang harta. Dalam islam, seseorang yang masuk kategori ini diajarkan untuk mengulurkan tangan dan memberi pertolongan kepada mereka yang kekurangan. Jadilah dermawan dan jangan kikir.

Sumber : “Mulia Dengan Memberi”, tulisan Ferry Kisihandi, Dialog Jum’at Republika

Wahai Guru Menulislah!

Judul diatas sebenarnya ditujukan untuk saya sendiri supaya dapat memacu adrenalin untuk tetap semangat belajar menulis. Ya, belajar menulis. Karena belum satupun tulisan saya yang dimuat di media massa. Hanya beberapa tulisan yang pernah dipublikasikan melalui blog, seperti blog ini dan situs www.anekaartikel.com. Bahkan tulisan saya yang berjudul ‘Menjadi Guru Itu Tidak Mudah’ dan ‘Menulis Blog, Menambah penghasilan’ mendapat honor Rp.100.000 untuk satu artikel (total jendral saya mendapat honor Rp.200.000). Jumlah yang lumayan. Itung-itung untuk menambah kas dapur.
Wahai guru menulislah! Mudah-mudahan judul tersebut mencambuk saya untuk menjadi penulis. Penulis apa saja. Fiksi atau non fiksi. Saya ingin mengikuti langkah Fira Basuki, Asma Nadia, Gola Gong, Andrea Hirata, dan penulis terkenal lainnya yang sudah merasakan arti sebuah kesuksesan. Kalau mereka bisa, mengapa saya TIDAK BISA! SAYA HARUS BISA!
Arswendo Atmowiloto bilang, Menulis itu gampang. Miftachul Huda pun bilang, Menulis itu gampang. Saya juga bisa bilang, Menulis itu ternyata memang gampang. Buktinya tulisan ini sudah sampai paragraph tiga dan mengalir begitu saja seperti Bengawan Solo yang airnya mengalir sampai jauh. Mau bukti lagi kalau menulis itu ternyata gampang, jelajahi aja blog ini, beberapa artikel adalah tulisan saya. Kalau anda tidak yakin bisa menulis, baca aja caranya disini.
Wahai guru menulislah! Saya yakin semua guru punya keinginan dan kemampuan untuk menulis. Disadari atau tidak, guru punya tekad untuk menulis. Guru adalah sosok akademis. Yakin? Kalau sudah merasa yakin, buatlah tulisan. Tulis apa saja. Tentang apa saja. Banyak sumber tulisan berteberan di dalam diri dan lingkungan sekitar kita. Seperti tulisan ini yang bersumber dari diri saya yang masih belum piawai menuangkan ide dan gagasan menjadi sebuah tulisan. Jangan takut mengalami kemacetan dan kemandekan ketika menulis. Renungkan kata-kata Miftachul Huda dalam bukunya Self Publishing Kupas Tuntas Rahasia Menerbitkan Buku Sendiri berikut ini:
Menulislah secara bebas, tentang apa saja. Biarkan kata demi kata mengalir. Jangan hakimi tentang kalimat yang anda buat sendiri. Wah, kok jelek ya, kok tidak bagus kayak tulisanya Goenawan Mohamad, apa bisa ini nanti dumuat di Koran, paham gak ya nanti orang membaca tulisan saya? Buang jauh-jauh pertanyaan-pertanyaan yang menghakimi seperti itu. Bebaskan pikiran-pikiran anda dari ketakutan-ketakutan bahwa tulisan anda jelek. Kalau anda berhasil mengusir ketakutan-ketakutan semacam itu, anda akan merasa nikmat karena memperoleh kemerdekaan yang sesungguhnya.
Sekali lagi renungkanlah kata-kata diatas. Mulailah menulis.

Tiga Skenario Rekrutment Guru Pada Tahun 2011

Berdasarkan berita yang dilansir Republika.co.id, pada tahun 2011, kemendikas akan melakukan tiga skenario rekrutmen guru baru, masing-masing untuk jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Hal tersebut dilakukan, sebagaimana laporan Republika.co.id, untuk memenuhi kebutuhan guru yang pensiun, guru bidang studi baru, dan kebutuhan daerah baru.


Sebelum mengajar, guru-guru baru tersebut diharuskan untuk mengikuti pendidikan profesi selama dua semester atau satu tahun.


Adapun untuk mengatasi kebutuhan guru pada jangka menengah, pemerintah memberikan kesempatan kepada mahasisswa yang duduk di semester 5 dan 6 untuk pindah jalur menjadi guru, sehingga begitu lulus mereka tidak perlu mengikuti pendidikan profesi selama satu tahun.


Sementara untuk jangka panjang, sebagaimana berita yang dimuat oleh Republika.co.id, melalui pendidikan sarjana. Pendidikan tersebut disiapkan untuk lulusan SMA/SMK selama empat atau lima tahun.


Kemendiknas, sebagiamana berita yang dimuat di Republika.Co.Id, akan merintis delapan LPTK di perguruan tinggi untuk menyiapkan pendidikan bagi calon guru pada thaun 2011. Pada tahap awal, direncanakan merekrut 1.000 lulusan SMA/SMK/MA untuk dididik selama 4-5 tahun. Selama mengikuti pendidikan, mereka akan diasramakan.


Sumber: Republika.co.id