Seni Bertanya Efektif di Kelas

Albert Einstein pernah berujar, “Hal terpenting adalah tidak pernah berhenti berpikir”. Sontak saya jadi teringat satu kata, yaitu mengajar. Apa hubungan pernyataan Einstein dan mengajar?

Anatole France (1859) seolah hendak menjawab pertanyaan saya, “The whole art of teaching is only the art of awakening the natural curiosity of young minds for the purpose of satisfying it afterwards”. Mengajar itu seni untuk merangsang keingintahuan murid. Rasa ingin tahu itulah sesungguhnya yang akan membuat murid selalu ditantang untuk berpikir. Semua harus penuh tanda tanya, karena dengan itulah kita akan selalu berpikir.

Mengapa kita harus berpikir? Ehm, pasti saat ini Anda sedang berpikir. Jika tidak, maka Anda kurang punya rasa ingin tahu untuk mencari jawaban atas pertanyaan itu. Tegasnya, Anda enggan berpikir.

Mengajar yang baik berarti membuat pertanyaan yang baik pula. Peranan ‘pertanyaan’ merupakan bagian penting dalam menyusun sebuah pengalaman belajar bagi murid. Socrates meyakini bahwa semua ilmu pengetahuan akan diketahui atau tidak diketahui oleh murid, hanya jika guru dapat mendemonstrasikan keterampilan bertanya yang baik dalam praktik pembelajaran di kelas. Seberapa penting keterampilan bertanya yang baik harus dikuasai guru?

Menurut Kerry (1982), dalam waktu sepekan, guru kerap memberikan 1000 jenis pertanyaan dengan memiliki beragam tujuan, di antaranya untuk mendorong murid berpartisipasi aktif di kelas, untuk memutuskan apakah murid mengetahui atau tidak mengetahui sesuatu, untuk melibatkan murid dalam aktivitas diskusi, untuk menarik perhatian murid, untuk mengevaluasi tingkat pemahaman murid, untuk menyediakan kesempatan mengulang materi pelajaran, dan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis – kreatif murid.

Aneh rasanya jika ada guru lebih senang meminta murid untuk duduk manis di bangku kelas. Duduk manis tak bisa menunjukkan ekspresi & potensi murid yang super unik. Lebih aneh lagi, masih ada guru yang menganggap tabu jika ada murid yang berani bertanya. Masih ingat bunyi salah satu iklan, “Tak ada noda ya tak belajar?”

Tak ada pertanyaan, berarti tak belajar pula. Semua orang punya otak, tapi hanya sedikit orang yang menggunakan otaknya untuk berpikir. Optimalisasi otak lewat proses berpikir inilah yang mestinya menjadi menu utama dalam setiap kegiatan pembelajaran.

Coba bayangkan sejenak, ketika kita hendak menutup pengajaran di kelas, tanyalah murid-murid Anda, “Apakah kalian sudah paham materi yang sudah disajikan?” Suasana kelas menjadi hening, tak ada satu pun murid yang unjuk tangan. Saya coba bertanya lagi, “Adakah yang masih bingung dengan materi yang telah disajikan?” Semua murid masih terdiam membisu.

Sebagian besar murid menghindari kontak mata dengan saya. Ini kisah nyata yang pernah saya alami. Suasana kelas yang sudah telanjur terpenjara. Terpenjara oleh guru yang menutup semua pintu bagi muridnya untuk bertanya, berdiskusi, berdebat, & berpikir. Tak ada keleluasaan untuk melakukan itu semua. Mustahil murid-murid di kelas seperti ini punya kebebasan untuk berpikir & berjuang keras mencari jawaban atas semua keingintahuan mereka. Yang mengkhawatirkan, mereka akan jadi generasi pemalas. Malas berpikir & berkreasi. Tragis.

Kelas mestinya menjadi ruang ekspresi murid yang dipenuhi suasana kemerdekaan. Merdeka untuk bertanya. Merdeka untuk menjawab pertanyaan. Merdeka untuk menyanggah jawaban. Merdeka untuk mengasah keterampilan berpikir. Kunci sukses terjadinya kemerdekaan di kelas terletak pada sosok guru yang open-minded dan punya keterampilan bertanya efektif.

Wahai guru yang budiman, jangan berikan semua pertanyaan yang jawabannya hanya ada di kunci jawaban saja. Hal itu tidak melatih keterampilan berpikir murid. Memang pertanyaan akan terjawab, tetapi murid tetap akan mandul cara berpikirnya. Mencari suatu jawaban dari hasil berpikir berbeda sekali kualitasnya dibandingkan dari hasil menemukan di kunci jawaban.

Yang paling naas, guru memberikan pertanyaan berjenis pilihan ganda, semua murid bisa jawab semua pertanyaan. Lantas kita simpulkan, prestasi belajar murid itu bagus. Tak tahunya, dia dapat bocoran dari teman sebangku. Alamak, apa kata dunia. Pesannya, jangan ketagihan memberi soal pilihan ganda. Sekali-kali, coba beri murid tantangan berupa proyek kerja, menulis esai, menulis makalah, atau tugas apa pun yang menguji keterampilan berpikir murid.

Tak ada guru yang pandai dengan sendirinya. Hal ini pun berlaku bagi guru yang ingin mengembangkan seni bertanya efektif di kelas. Mereka perlu ilmu tentang seni bertanya efektif.

Mau tahu ilmunya? Coba cermati beberapa anjuran terkait prinsip bertanya efektif di kelas dari Thomas R. McDaniel (2000) berikut:

1. Merencanakan pertanyaan. Sebagian besar guru faktanya baru merencanakan pertanyaan yang akan diajukan kepada murid beberapa saat sebelum bertanya. Alangkah baiknya semua pertanyaan yang akan diajukan kepada murid sudah termaktub di rencana pelaksanaan pembelajaran (lesson plan).

2. Menggunakan beragam level jenis pertanyaan sehingga mampu memfasilitasi kemampuan berpikir tingkat tinggi murid. Hal ini sangat penting dilakukan untuk membantu murid melatih kemampuan berpikirnya. Upayakan semua pertanyaan mengikuti kaidah mudah-sukar dan sederhana-rumit. Pertanyaan mudah bertujuan untuk memotivasi & meyakinkan murid bahwa pada prinsipnya mereka dapat menjawab setiap pertanyaan guru. Pertanyaan sulit sendiri bertujuan untuk merangsang murid melatih kemampuan berpikir tingkat tingginya.

3. Menyediakan waktu jeda kepada murid untuk menjawab pertanyaan.  Teknik ini dapat mendorong kemampuan berpikir tingkat tinggi murid di kelas. Ketika suasana di kelas hening tanda tak ada murid yang menjawab pertanyaan, berhitunglah dalam hati sampai hitungan 5.

Trik ini perlu dilakukan untuk memberi kesempatan murid berpikir tentang jawaban mereka. Setelah itu, Anda persilahkan siapa di antara murid yang secara sukarela mau menjawab pertanyaan Anda. Lemparkan pertanyaan kepada seluruh murid, beri jeda waktu, dan tentukan salah satu murid secara acak untuk menjawab pertanyaan Anda, itu prinsip utamanya.

4. Menahan diri untuk tidak segera memberikan opini terhadap jawaban murid pada jenis pertanyaan yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi. Hindari kebiasaan untuk segera menanggapi jawaban murid. Berikan kesempatan kepada murid untuk saling mendengarkan jawaban di antara mereka. Karena itulah, mereka jadi saling belajar untuk melatih keterampilan berpikir.

5. Jangan bermain aman. Maksudnya, jangan berikan pertanyaan yang kita sendiri sebagai guru sudah tahu jawabannya. Berikanlah pertanyaan kepada murid yang kita sendiri juga sebagai guru belum tahu jawaban pastinya, karena itulah kita juga sebagai guru sedang belajar melatih keterampilan berpikir.

6. Mendengarkan secara seksama setiap jawaban murid. Praktik ini sangat penting, khususnya ketika guru menyampaikan pertanyaan terbuka (Jawabannya tidak sekadar benar atau salah. Misal, Mengapa Indonesia sering dilanda bencana? Mengapa Indonesia bisa dijajah Belanda sampai 350 tahun, dan pertanyaan sejenis lainnya), pertanyaan kreatif, dan atau pertanyaan evaluatif. Keterampilan ini harus terus dikembangkan agar guru dapat ‘menangkap’ gagasan cemerlang dari setiap jawaban murid.

7. Memberikan penguatan positif atas jawaban murid. Jawaban singkat dari murid untuk jenis pertanyaan mengulang informasi (level pengetahuan pada Taksonomi Bloom – level berpikir paling rendah) harus segera dikonfirmasi, berupa pujian jika berhasil dijawab murid, atau koreksi jika jawaban murid kurang tepat. Sedangkan untuk merespon jawaban murid atas jenis pertanyaan berpikir tingkat tinggi, maka lakukan trik bertanya efektif no. 6 di atas.

8. Menggunakan teknik bervariasi untuk meminta murid menjawab pertanyaan. Jika guru tetap ingin membuat murid merasa dilibatkan dalam menjawab pertanyaan, maka guru dapat mencoba menyebut salah satu nama murid secara acak, atau mengambil kartu yang sudah berisi nama-nama murid secara acak, atau bahkan melemparkan bola kepada murid yang hendak disuruh menjawab pertanyaan. Ingat, semua prosedur itu harus disepakati dulu bersama murid.

9. Mengajarkan murid bagaimana cara menjawab pertanyaan. Cara ini mudah sekali dilakukan. Ketika ada salah satu murid akan menjawab pertanyaan, maka guru dapat meminta semua murid untuk ikut menyimak jawaban dari murid tersebut, “Anak-anak, mari kita simak bagaimana cara si A menjawab pertanyaan tadi!”.

10. Mengajarkan murid bagaimana cara membuat pertanyaan. Ibarat pepatah, guru kencing berdiri murid kencing berlari. Kuasai keterampilan bertanya efektif, praktikan kehebatan Anda di kelas, kemudian refleksikan pengalaman Anda menguasai keterampilan bertanya efektif kepada murid, itulah cara terbaik mengajarkan murid bagaimana menguasai keterampilan bertanya efektif.

Selamat mencoba.
Asep Sapa'at
Teacher Trainer di Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa


MENYENANGKANNYA BELAJAR DI SMK PRUDENT SCHOOL
(Internalisasi Motto: “Bekerja, mengalami, belajar tanpa henti...”)
Oleh: Irfan Rifa’i, SH*

“Siapapun yang berhenti belajar akan menjadi tua, entah ia masih usia 20 tahun atau sudah 80 tahun. Siapapun yang terus belajar akan tetap muda karena hal yang paling besar di dunia ini adalah bagaimana mempertahankan pikiran agar tetap muda” (Henry ford)
Kalimat diatas menyadarkan kita semua, bahwa usia manusia bukanlah penghalang utama untuk manusia menjadi muda, menjadi bergairah, menjadi hidup. Kunci jawabannya hanya satu: jadilah manusia ‘pembelajar’, niscaya anda akan senantiasa menjadi muda. Tentu kata “muda” dalam hal ini bukan bermakna fisik, tapi bermakna eksistensi dalam hidup ini.
Terkait dengan hal diatas, ada satu hal yang menarik yang terdapat di SMK Prudent School, yaitu mottonya yang berbunyi; “bekerja, mengalami, belajar tanpa henti”. Hal yang menarik perhatian penulis adalah bahwa motto tersebut mengajak kita untuk terus belajar dan belajar, menjadi manusia pembelajar di setiap saat, di setiap waktu dan di setiap tempat serta mengajak kita untuk memulai segala sesuatu dari akhir. Sungguh sangat menarik motto tersebut untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana ungkapan yang sangat menggugah dari seorang Thomas Henry Huxley dengan mengatakan bahwa; “Akhir terbesar dari kehidupan bukanlah pengetahuan, tetapi tindakan.” Yap! Tindakan yang membuahkan hasil, tindakan yang mengeksekusi sebuah ide dan itulah yang ingin dilakukan oleh SMK Prudent School. Namun dalam hal ini penulis tidak terlalu dalam membahas hal tersebut, hanya ingin mengorek secuil konsep pembelajaran yang dilakukan di SMK Prudent School jika menilik dari mottonya.
“Bapak Presiden Indonesia yang saya hormati, negara kami merasa terhormat atas kedatangan bapak ke Australia, semoga kedatangan bapak dapat membawa manfaat yang besar untuk negara kami dan rakyat kami secara keseluruhan”, ucap Perdana Menteri Australia yang langsung dibalas oleh Presiden Indonesia, “sama-sama, kamipun mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Perdana Menteri Australia dan seluruh pejabat yang hadir, semoga pertemuan ini dapat menghasilkan kerjasama bilateral yang saling menguntungkan kedua negara”. Demikianlah salah satu percakapan yang dilakukan oleh kedua kepala negara ketika Presiden Indonesia berkunjung ke Australia.
Percakapan di atas hanyalah simulasi dari proses pembelajaran materi ‘perjanjian internasional’ untuk mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Menarik untuk kita tilik lebih dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraantersebut diatas, proses pembelajarannya sangat mengasyikkan, menyenangkan, membuat prudent (sebutan siswa di sekolah ini) serasa keliling negara.
Pertama, prudent dikelompokkan menjadi 6 negara (mewakili 5 benua dan Indonesia sebagai negara kita sendiri), terdiri dari Amerika, Australia, Afrika Selatan, Inggris, Palestina, dan Indonesia. Masing-masing negara memiliki struktur kenegaraan yang berbeda-beda dan masing-masing prudent mengisi struktur negara tersebut dengan menjadi pejabat-pejabat utama negara itu, misalnya menjadi presiden, perdana menteri, raja/ratu, menteri, juru bicara dan lain sebagainya.
Kedua, prudent membuat profil negara masing-masing dengan menitikberatkan pada kelebihan dan keunggulan negara masing-masing. Tujuan utamanya adalah untuk menunjukkan kepada negara lainnya tentang hal-hal yang dapat dijadikan tujuan kerjasama. Pada proses kedua ini prudent mempresentasikannya di depan kelas dengan kecanggihan teknologi informasi, ada yang presentasi dengan power point, flash, mind mapp, maupun film. Semuanya mendapatkan penilaian tersendiri dari guru yang mengampu mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan.
Ketiga, sesi yang menurut penulis adalah sesi yang paling menyenangkan, yaitu simulasi perjanjian internasional antar negara-negara yang ada. Di sesi inilah semua negara yang ada dituntut untuk menghasilkan 5 perjanjian bilateral, artinya semua negara pasti bertemu untuk sebuah kerjasama bilateral. Di sesi ini pula setiap prudent yang menjabat harus mengunjungi negara lain untuk menjalin kerjasama. Beberapa tahapan dalam perjanjian internasional adalah sebagai berikut:
1.      Perundingan (Negotiation)
Tahapan pertama dalam perjanjian internasional adalah penjajakan materi perjanjian. Perwakilan masing-masing negara bertemu dan membicarakan agenda utama perjanjian, mulai dari masalah ekonomi, sosial, budaya, politik, pertahanan keamanan, dan lain-lain.
“palestina harus merdeka!” ucap salah satu pejabat palestina
“kami juga mendukung kemerdekaan negara anda, jadi apa yang bisa kami bantu...?” jawab presiden Indonesia saat pertemuan kedua negara di Jalur Gaza Palestina.
Demikianlah secuil perundingan antara Palestina dan Indonesia, perundingan tersebut akhirnya menghasilkan kesepakatan pembangunan rumah sakit Indonesia di Jalur Gaza Palestina.
2.      Penandatanganan (Signature)
Pada tahap kedua ini fokus perjanjian adalah penandatanganan naskah perjanjian, tahap ini adalah follow up dari kesepakatan hasil perundingan di atas.
3.      Pengesahan (Ratification)
Tahap pengesahan adalah persetujuan terhadap rencana perjanjian internasional agar menjadi suatu perjanjian yang berlakubagi masing-masing negara tersebut. Tahap pengesahan menjadi keharusan bagi masing-masing negara agar perjanjian internasional yang sudah disepakati mempunyai kekuatan hukum di masing-masing negara.
Ketiga tahap perjanjian internasional diatas menjadi proses yang sangat menyenangkan bagi semua prudent, mereka bermain peran, setiap prudent menjadi pejabat negara di negaranya masing-masing. Mereka berkunjung ke negara lain, berunding, berdebat,melakukan loby-loby dan menjalin kerjasama bilateral, melakukan penandatanganan dan akhirnya pengesahan, sungguh pengalaman yang luar biasa, sangat menyenangkan. Itulah respon para prudent ketika penulis bertanya tentang salah satu proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tersebut. Pembelajaran ditutup dengan mengambil insight dan hikmah dari simulasi tersebut.
Demikianlah sekelumit proses pembelajaran di SMK Prudent School dan seperti itulah kami para guru mencoba mengamalkan dan menerjemahkan motto “Bekerja, Mengalami, Belajar Tanpa Henti”.


*Guru PKn dan Wakasek Humas SMK Prudent School

SELEKSI NASIONAL MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI

Ada kabar gembira untuk kalian yang masih duduk di kelas XII SMA, SMK, MA, dan MAK. Khususnya bagi kalian yang ingin melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Saat ini sudah dibuka pendaftaran untuk mengikuti SNMPTN. Pendaftaran dibuka mulai tanggal 1 Februari hingga 8 Maret 2012. Pendaftaran tersebut adalah pendaftaran melalui Jalur Undangan. Bagi kalian yang ingin tau lebih lanjut, dapat mendownlodnya infonya disini.